(5 Maret 2013 pukul 12:10)
terdengarlah nyanyi di hari itu,
bersama tiadanya nafas di akhir kebaktian pada yang ditakluk
Ada cerita,
di tempat mana kita memancang garis waktu
ke segala ruang, cerita itu tertuang
sampai tak terhitung
tiada yang hilang, sayang
di terik ini, sediakala itu abadi
sebagai nisan penunggu yang setia
berbicara tentang gelora sunyi di simpang riak baramu
bayangan
kudus, swara harmoni, getar senar alam yang membawakan lagu rindu
memandu kita untuk menebak kartu nasib. Kita tiba-tiba sibuk sendiri...
(Dengarlah! Jika saja masamu adalah bunga
tiada lagi waktu kecuali memetik jaga.
meletakkan kepalan di dahan setia.
sayangnya, masamu adalah jutaan pedang terhunus di udara
mengintai gerak, menodong nadi di rongga dada
hingga aku tak punya waktu untuk sekadar menghirup aroma kehidupan)
sesak,