Karena
cukup banyak yang bertanya, saya turunkan tulisan singkat mengenai
perbedaan tanggal 1 Ramadhan 1435 H. Bukan bahasan tentang ikut hari
Sabtu atau hari Minggu, tapi hanya tentang PEDOMAN SIKAP saja. Tapi,
sebelum pedoman sikap, saya akan bagi ilmu dasarnya terlebih dahulu.
***
Inti agama Islam sebenarnya adalah akhlak. Maka dari itu, ilmu tasawuf berada di atas ilmu fikih.
Menurut seorang waliyullah, agama Islam itu sebenarnya
bertingkat-tingkat. Menurut beliau, "kebenaran” adalah tingkatan paling
rendah, karena di atasnya ada “kebaikan”, lalu di atasnya lagi ada
“keindahan”.
Anda jangan salah mengira dulu. Maksud beliau
adalah, tingkatan paling rendah adalah “benar-salah” saja. Di tingkatan
kedua, kebenaran tersebut harus ditambah pertimbangan “baik-buruk”. Di
tingkatan ketiga, kebenaran yang sudah mengandung kebaikan, harus
ditambah lagi dengan pertimbangan “indah-jorok”.
Misalnya anak
Anda masuk rumah sakit karena kecelakaan, apa Anda langsung "jujur"
bilang padanya bahwa inilah akibatnya tidak mau dinasehati? Bukankah
jujur itu perbuatan yang benar? Kenapa Anda baru mau menasehatinya saat
si anak sudah keluar dari rumah sakit?
Kebenaran itu sangat
penting, tapi bukan yang utama. Kebenaran harus ditambahi kebaikan dan
keindahan. Jika ketiga elemen itu bersatu di dalam jiwa seorang muslim,
maka ia akan bisa mencapai derajat “kemuliaan”.
Dengan ilmu tersebut, kita jadi tenang menyikapi perbedaan awal bulan puasa tahun 2014 ini.
Kalau kita menggunakan tingkatan paling rendah di agama Islam, yaitu
“kebenaran” saja, dijamin hari pertama puasa diri kita adalah hari penuh
kebencian. Misalnya kita adalah warga Muhammadiyah, maka kita akan
tidak suka melihat orang lain memulai puasa baru hari Minggu nanti.
Begitu pula sebaliknya. Kalau kita ikut keputusannya Pemerintah RI, maka
kita tidak akan suka melihat warga Muhammadiyah duluan mulai puasa di
hari Sabtu.
Tetapi, kalau kita menggunakan tingkatan paling
tinggi di dalam agama Islam, yaitu “kebenaran + kebaikan + keindahan =
kemuliaan”, dijamin bulan puasa kita selalu adalah bulan penuh kasih
sayang. Apapun ijtihad tanggal 1 Ramadhan 1435 H yang kita yakini,
apapun organisasi kita, dan bagaimanapun pilihan orang lain.
***
Pedoman Sikap = Daripada sibuk menerka ijtihad mana yang benar, lebih
baik tawakal pada Allah SWT dan berbaik sangka kepada “pihak lain”.
Jadi, umat Islam yang ikut keputusan Muhammadiyah dan Pemerintah RI
akan saling mendoakan. Orang yang awal puasanya di hari Sabtu mendoakan
ibadah saudara seimannya yang awal puasanya di hari Minggu sama-sama
diterima Allah, demikian pula sebaliknya.
Di atas kebenaran,
masih ada kebaikan dan keindahan. Ijtihad Sabtu atau Minggu hanyalah
soal benar-salah saja. Menjaga perasaan orang lain lebih penting, karena
itu adalah kebaikan. Memelihara persaudaraan jauh lebih penting, karena
itu adalah keindahan.