Ini tumpukan buku yang ada di kamarku yang terpaksa harus diparkir dengan model seperti ini sebab di lemari buku sudah tak muat lagi.
Istri sering marah-marah bila menyaksikan tumpukan buku yang tidak tertata sebagaimana yang tampak, tapi aku katakan,"bukankah cinta kita bermula dari tumpukan buku?" dia terkekeh lalu bungkam.
Sungguh aneh ummat Islam. Seorang peneliti mengatakan bahwa rata-rata jumlah halaman buku yang di baca oleh ummat islam dalam setiap tahunnya adalah 40 lembar. Mengerikan kan? Lalu bandingkan dengan orang Jepang yang bisa menghabiskan buku dalam setahunnya sebanyak 40 buku. Sungguh Ironis, padahal perintah pertama yang diserukan dalam Agama ini adalah membaca.
Iqra'.
Meski aku pernah melalui masa-masa sulit soal finansial ketika kuliah , tapi masa-masa sulit tidak menghalangiku untuk membeli buku dalam setiap bulannya. Bahkan 2 sampai 3 buku dalam tiap buannya. Walau terkadang harus mencekik leher demi membeli sebuah buku. Pernah kukatakan bahwa aku adalah pemikir, senang menyendiri. Tapi kesendirianku tidak identik dengan pertapa sunyi di dinding-dinding gua yang hanya ditemani oleh gema nafasnya sendiri, tidak. Aku tidak seperti itu, buku adalah teman kesunyian dan pikirku adalah gemanya.
Aku jatuh cinta dengan buku sejak kecil. Ayahkulah yang mengajari semua itu. Ayahku menyusun rapih bukunya di lemari yang tidak kujangkau kala itu. Di pagi hari beliau punya kebiasaan membaca buku, dan aku ikut menemaninya. Kadang aku diberi buku kecil yang bisa kupegang lalu "kubaca" walau saat itu aku belum bisa membaca. Tapi yang kulakukan adalah pura-pura membaca: meniru gerak ayah yang sedang dalam kondisi "real membaca". Itulah awalnya. Kebiasaan itu berlalu hingga sekarang.
Ketika SD kira-kira kelas 5, saya sudah melahap semua buku yang dimiliki ayah. Tapi ada beberapa buku yang beliau tidak perkenankan aku membacanya. Buku itu disembunyikan di sebuah tempat yang teramat rahasia. Tapi rasa penasaranku yang begitu tinggi membuat aku menggeledah seisi rumah dan menemukan bebarapa buku rahasia. Mengapa buku itu teramat rahasia? sebab buku itu adalah buku Tasawuf yang menurut beliau aku belum saatnya untuk membacanya. Aneh.
Karena sejak SD kelas I saya tidak lagi tinggal bersama orang tua, tapi aku dititpkan di rumah nenek. Hanya sesekali aku mengunjunginya. Nah, di momen kunjungan itulah aku mencuri buku rahasianya lalu kubawa ke rumah nenek. Berkali-kali ayahku mengamuk karena perkara ini, tapi aku tidak kapok. Umpatan itu semakin membuatku bergairah. Semacam sebuah tantangan yang besar yang memacu adrenalinku untuk bertindak. Maka di lain waktu aku curi lagi bukunya.
Buku yang teramat berkesan buatku adalah Durrtun Nasihin, Bulugul Maraam dan Riyadus Salihin. Aku beberapa kali menamatkan buku itu. Bahkan Durratun Nasihin begitu kukuasai materinya, kebanyakan berisi kisah yang sudah kuhafal di luar kepala. Ah..
Oh Ayah, semoga segala amalmu diberi ganjaran di sisi-Nya...Allahummagfirlahu war hamhu...amiin
BERSAMBUNG...
ADS HERE !!!