Yang aneh dari hidupku adalah karena punya banyak kemiripan wajah dengan orang lain, itu versi katanya. Mirip ayah, itu pasti, aku kan anaknya.
Dulu di bawah kasurku menumpuk "surat cinta". Aku selalu diam-diam menghitung-hitungnya dan membacanya berulang-ulang di sela waktu. Mengenai jumlahnya, aku suda lupa. Pokoknya banyak. Surat cinta itu bermula karena aku disinyalir mirip dengan Dimas Andrean, salah satu bintang film Dan atau Danker. He. Tiba-tiba aku memiliki banyak "Fans." Dari berbagai penjuru sekolah, bukan hanya sekelasku tapi telah meluas hingga ke tingkat yang lebih tinggi: kakak kelas.
Waktu kelas satu SMA itulah awalnya, beberapa kakak kelas dengan iseng/bahkan mungkin serius mengirim surat kepadaku. Isinya menyatakan kekaguman dan bla-bla...Bukan saja karena aku dikenal mirip si Dimas Andrean itu, tapi saya dikenal sebagai Ustadz. Jadinya komplit deh.
Yang lebih aneh lagi, beberapa di antara mereka menyuruhku memakai kacamata supaya aku lebih mirip lagi dengan Dimas Andrean. Aku tidak menggubris walau desakan itu datang bertubi-tubi. Sebenarnya aku bisa saja jumawa pasang tampan keren, tapi aku mau jadi diriku sendiri, cie..Karena tidak digubris, ada di antara mereka yang tega mengirimi aku surat beserta kaca matanya. Kesimpulan isi suratnya adalah: Plis deh, ELLO pake kaca mata. Lah, aku kan tidak rabun, kalau mau keren-kerenan begitu berarti sama saja berdoa supaya saya jadi rabun beneran.
Itu waktu SMA, waktu kuliahpun itu terjadi. Anis Matta, he. Nama itu terdengar asing bagiku, siapakah dia? Waktu baru awal-awal aku ikut tarbiyah, nama itu selalu disebut-sebut. Aku menganggap biasa-biasa saja. Kekagumanku mulai tumbuh ketika Murobbiku memberiku sebuah buku "Dari Gerakan ke Negara", barulah aku tersentak jika nama yang selalu disebut-sebut murobbiku itu memang bukan orang sembarangan. Aku membaca buku itu serasa membaca sebuah karya sastra yang maha, bukan saja karena nilai sastranya yang sangat tinggi, tapi karena kontennya yang padat lagi berkualitas. Belum lagi "Serial Cinta" yang ditulisnya, bagiku itu sangat memukau.
Suatu saat di sela-sela rapat dengan para pengurus KAMMI, ketua KAMMI pada saat itu berujar dengan santai,"ide-idemu pintar, seperti Anis Matta," celotehnya. Aku santai saja. Tapi saat mengatakan, "bahkan wajahmu juga mirip," aku mulai penasaran. Diam-diam aku perhatikan cover buku "Serial Cinta,"..Masa sih aku mrip dengan orang ini. Waktu itu aku belum pernah bertemu langsung dengan beliau.
Waktu berlalu sampai takdir mempertemukan aku dengan beliau di sebuah acara seminar di UIN. Beliau membawa materi tentang bagaimana Indonesia keluar dari jerat utang luar negeri yang membludak. Aku memperhatikan beliau dari ujung kaki sampai ujung rambut, gak ada yang mirip menurutku.
Tapi bari-baru ini, seorang teman FB memposting sebuah foto. Itu Foto Anis Matta tahun 1992 bersama entah-berantah waktu melakukan pertukaran pelajar. Aku perhatikan baik-baik foto itu, itu adalah aku. Gaya dan cara tersenyumnya sangat mirip. Ketika kuperlihatkan istriku, aku bilang "ini aku"...dia pun percaya. Lalu mengejar aku dengan banyak pertanyaan, tentang kapan itu terjadi, mengapa aku tidak pernah bercerita kalau aku pernah ke luar negeri...heheh.
Di tempatku mengajar aku perlihatkan foto itu, semua mengakui jika yang di dalam foto itu adalah aku. Mereka mengatakan itu tanpa sedikitpun ragu dan curiga, kena deh...!
Jadi sekarang aku sudah mulai percaya jika aku memang mirip Anis Matta, semoga aku bisa mengikuti jejak beliau. Bagaimana nasib Dimas Andrean? ah itu masa lalu...