Nun, demi pena dan apa yang dituliskannya.(al-Qalam:1-2)
Aku
yang berdiri dengan mata terbuka lebar menatap zaman di mana ummat
berserakan tak memiliki nur sebagai penerang jalannya. Kucoba berdiri
lagi tapi dengn mata tertutup adalah bagai menggorok leher-leher ummat
lalu berlari bersembunyi di kaki-kaki gunung. Bersemedi, bagai sufi
sekarat. Kuharap kita sama-sama berdiri di belakang ummat menggenggam
tangannnya walaupun kita harus menyerahkan hayat kita untuk membela
mereka dari cengkraman elang durjana pemangsa hati dan jiwa-jiwa mereka.
Berdiri sebagai tameng kemelaratan dan penindasan, sebagai selimut dari
kedinginan ummat yang tengah menggigil karena demam di
potongan-potongan sejaranya.
Oh, takdir ummat ini
digenggam oleh sentuhan pena-penamu. Seberapa kuatkah ia menorehkan
khutbah-khutbah menjadi tongkat penyelamat bagi mereka, seberapa
tajamkah asahan dari pedang penamu untuk digunakan tangan-tangan ummat
ini membabat habis musuh-musuh dan kejahilian bagi dirinya, dan seberapa
besarkah ruhmu mengalirkan sungai madu pelepas dahaga bagi ummat yang
tengah kehausan ilmu? Takdir ummat ini dikawal oleh pena-pena. Dengarlah
seruan Tuhanmu terhadap pena: Wahi pena tulislah! .Oh, Tuhanku, apa yang mesti kutulis? tulislah takdir segala sesuatu hingga datangnya kiamat...(Al-Hadits)
Adakah kita lebih senang berkhutbah di mimbar-mimbar walau
teriakannya parau dan hanya menjadi nyanyian kebisuan ummat, biasaya setelah teriakan itu akan dilupakan lagi. Seperti lolongan anjing di senyap malam seolah sebagai pemanggil maut tapi setelah tenggelam lagi dalam dengkuran di balik selimut. Padahal, Tuhan ciptakan satu mulut untuk dua telinga, berarti sedikit bicara
lebih banyak mendengarkan. Tuhan ciptakan satu mulut, dua telinga tapi
sepuluh jemari tanganmu tuk menulis.
Menulislah wahai anak-anak zaman. Demi pena dan apa yang dia tuliskan(al-Qalam:1-2).
Sementara mufassirin berpendapat, jika Tuhan bersumpah dengan sesuatu
maka itu berarti akan ada suatu hal yang penting yang akan disampaikan
dan yang disumpahkan itu adalah sesuatu yang sangat mulia. Ya, sesuatu
yang disumpahkan oleh Allah itu sangatlah mulia, maka pena itu adalah
mulia, yang menggerakkan penapun adalah mulia, dan penulis-penulis di
setiap perempatan zaman mempertajam penanya adalah mereka yang dipilih
oleh Tuhan untuk menjadi hamba-hamba yang mulia.
Menulislah!
Sebab agama ini lestari dari hitamnya tinta para ulama' dan merahnya
darah para syuhada. Menulislah! sebab takdir Tuhan dituliskan oleh pena
yang diciptakan-Nya. Dan menulislah karena kita memang harus menulis! Pena adalah makluk pertama yang dicipta Tuhan untuk menoreh semua takdir di semestanya, lalu Adam diajarkan ilmu bahasa sebagai modal awal menjadi khalifah, dan wahyu awal yang turun kepada baginda Rasul adalah perintah membaca. Perhatikan itu!
"Tangan
hidup dan t'rus menulis, menulis lagi. Iman dan akalmu tak mungkin akan
membuatnya berhenti walau setengah barispun. Tak jua tangismu satu kata
kau tersisih (Rumi)