Waktu luruh seketika, wajahku terbakar
Kuraih manuskrip tua yg tergeletak di meja belajarku
Kubuka, ada tulisan tangan yg mulai usang dan tersamar
Kutemukan namamu di situ, hidup lagi seperti kawanan roh kesepian
Samar terdengar rintihan senjakala kita mendengar siul- siaul angin di sela bambu
Simfoni suara yg retak, berat engkau bertutur: ak
Mungkin tanda kematian sudah tiba, rasakanlah betapa bumi semakin dangkal. Betapa wajah kita memang semakin menua
u mengendus bau mayat
Darahku mengalir ke punggung, terasa mencekik
Tubuh terguncang karena derap langkah ketakutan tatkala melewati jurang kematian
jiwa kerdil ini tengah mencari kedamaian agung di tengah sunyi genta semedi
Manuskrip tua itu terus berkisah banyak hal
Sekali lagi wajahmu menampakkan mata yg berbinar
Ah, malam serasa menjelma seperti pesta dansa, engkau menuangkan anggur di cawanku tanpa ampun
Kedua tanganku layu dan mulai tertidur, tidur yg aneh
Impian waktu menjadi terkubur dalam kegelapan pusara
Aku telah kehilangan banyak impian tentangmu, tentang kita
(Puri taman sari, dini hari)
ADS HERE !!!