19 Desember 2010 pukul 2:25
Meradang luka ummat. Tersenyum si Ibilis dan bertepuk tanganlah
para pengikutnya. Melihat ummat di tepi jurang. Pernah suatu ketika Kekhalifahan menjadi kebanggaan ummat. Berdirinya dengan pertaruhan nyawa, tegak dalam pertempuran darah tapi lalu akhirnya tetap menjadi kebanggaan, bahkan dirindukan. Dulu malaikat yang mendebat Tuhan. Saat Tuhan ingin menjadikan manusia sebagai khalifah,: Apakah Engkau ingin menjadikan di bumi itu
terjadi pertumpahan darah?
Sejarah
menjadi saksi, tapi kita boleh tutup mata. Ada khalifah yang sampai beristri hingga
mendekati angka seratus. Ada yang bangga memamerkan kemolekan tubuh
istrinya di kamar mandi yang disaksikan oleh para pembesar kerajaan
di balik kaca kemudian tetamu kerajaan itu disuguhkan dengan bekas air mandi sang
permaisuri untuk diminum. Seorang tamu itu mengeluarkan pernyataan nakal kepada sang khalifah: " Maaf yang mulia,
jika saya mencicipi kuahnya, saya khawatir nanti saya akan
menginginkan dagingnya."
Ah, kebejatan moral macam apa ini? Maka
pantaslah jika kekhalifahan yang pernah merajai bumi itu runtuh
berkeping-keping. Tapi sekali lagi, kita boleh tutup mata.
Bagaimana membangunnya kembali? Salim
A. Filah menuliskan di awal-awal kalimatnya saat membahas tentang
khilafah di bukunnya: Saksikanlah Bahwa Aku seorang Muslim..."kenabian
itu mempersiapkan kekhalifahan dalam kurung waktu 22 tahun. Maka tanpa
kenabian, berapa lama waktu yang diperlukan untuk mempersiapkan
khilafah yang semisalnya?...". Coba
bayangkan seorang Nabi yang dari sisi manapun akan paripurna
bersama kurang lebih 124.000 sahabat-sahabatnya. Lewat
kalam-Nya mereka di gelari Radiyallahu anhum waraduu anh, mereka telah diridhoi oleh
Allah dan Allahpun ridho kepada mereka. Mereka perlu tertatih 22
Tahun lamanya untuk membangun pondasi peradaban.
Ya, kita boleh berbangga dengan kejayaan ummat ini
dahulu. Masa lalu ummat ini ibarat konvoi yang mengiringi kegemilangan
sains barat. Sejak Ibn Rusyd menancapkan idenya di Cordova. Tapi ingatlah, salah satu tanda kekalahan dan
kelemahan adalah menjadikan masa lalu sebagai kebanggaan. Seperti
kekalahan dan kelemahan seorang anak yang hanya mampu
membangga-banggakan kehebatan orang tuanya. Karena yang terlena kadang lupa bangkit. Indah sekali Imam syafii
dalam syairnya:
bukanlah pemuda yang berkata "ini ayahku"
tapi pemuda yang sesungguhnya adalah mereka yang mengatakan inilah akuJika kapasitas seorang
Muhammad saw. berbanding dengan 100.000
ulama' rabbani dan kapasitas 124000 sahabat akan berbanding 1,2 miliar
manusia sekelas kita-kita. Maka secara sederhanya, kebangkitan kejayaan
ummat ini dapat terwujud jika seluruh ummat ini berada dalam kesatuan
yang utuh, tanpa cerai berai, tanpa caci maki dan bergerak ke titik yang
sama. Kita namai titik itu dengan nama PERADABAN. Bukankah jumlah ummat Muslim di dunia sekarang ini hanya 1,2 miliar?
ADS HERE !!!