Selamanya
penguasa itulah yang berkuasa. Orang yang menguasai ilmu kedokteran
akan berkuasa kepada pasien. Yang menguasai perusahaan akan menguasai
karyawan. Yang menguasai ilmu akan berkuasa kepada murid. Yang
menguasai media massa berkuasa terhadap opini publik. Begitupun yang
berkuasa di pemerintahan akan berkuasa terhadap rakyat.
Anda
boleh sepakat atau tidak dengan opini ini. Tapi anda mungkin sepakat
dengan pernyataan ini. Bahwa jarak waktu kemenangan bagi seorang
penguasa akan jauh lebih lama daripada yang selainnya. Maka kebatilan
fir'aun akan menang sampai Musa datang. Juga kemenangan barat akan tetap
berkibar sampai mereka berada di bawah kuasamu.
Lihatlah
kejayaan islam dahulu. Mereka menang karena mereka menguasai
pemerintahan, Kemenangan mereka adalah kemenangan ummat islam juga. Tapi
saat Kemal At-Taturk menundukkannya, maka dia roboh berkeping-keping.
Dan kitapun berada dalam kuasa mereka. Maka kekalahan kekuasaan ummat
adalah kekalahan kaum muslimin semuanya.
Pemerintahan
adalah kekuasaan tertinggi. Dengan ini kau bisa mengendalikan manusia.
Kau bisa mengendalikan kaum agamawan, kau bisa mengendalikan ilmuwan dan
juga kau bisa mengendalikan massa rakyat. Seperti fir'aun yang
mengendalikan penyihir-penyihir mesir dan menggerakkan budak-budak untuk
mengangkat batu yang jauhnya bermil-mil kemudian membangun pemakamannya
di tengah padang pasir tandus.
Tapi bukankah kekuasaan
itu menindas? Aku tahu inilah pertanyaan yang menggelayut di fikiranmu.
Ya, memang kekuasaan itu menindas jika mereka yang berleha di atas tahta
itu adalah orang-orang yang bejat moralnya dan keras hatinya. Tapi jika
kekuasaan itu berada di tangan orang-orang yang bening qalbunya dan
tinggi maqam spiritualnya maka kekuasaan itu akan mengayomi. Saksikanlah
seorang Sulaiman yang menundukkan Balqis dan mengajaknya berada di atas
jalan cahaya. Saksikan pula Yusuf melawan musim paceklik. Dan saksikan
pulalah Muhammad s.a.w yang menggetarkan tiang istana Kisra. Adakah
mereka itu dalam kekuasaannya menindas?
JIka Musa datang
atas nama rakyat jelata, maka Sulaiman datang membawa panji kekuasaan.
Tapi Muhammad s.a.w datang bersama kaum mustad'afin untuk membangun
kerajaan tanpa istana dan mahkota. Begitulah garis perjuangan
rasulullah. Mungkin ini salah satu sebabnya Anis Matta memberi judul
dalam sebuah bukunyal "Dari Gerakan Ke Negara". Memang baginda Nabi
memulai perjuangannya dari sebuah gerakan kemudian menjelma menjadi
sebuah negara. Lalu hasil evolusi selanjutnya adalah negara adidaya yang
berjaya selama ratusan tahun.
Sejarah membuktikan.
Setelah perang Khandak jumlah kaum muslimin adalah berkisar 3000 orang
saja. Namun setelah fathul makkah, jumlah kaum muslimin berlipat menjadi
125000 orang. Ini disebabkan karena mereka melihat kekuatan kaum
muslimin yang besar. Sebuah bentuk kekuasaan yang memukau. Beginilah
Al-Qur'an bercerita tentang kekuasaan itu: JIka datang pertolongan
Allah dan kemenangan. Dan kalian melihat manusia itu berbondong-bondong
masuk agama Allah. Maka bertasbihlah dan bertamidlah kepada Allah dan
kemudian bersitigfarlah.....
Ah, semoga kita bisa
menyaksikan momentum ini, dan kita akan bertasbih, bertahmid dan
beristigfar sebagaimana yang Nabi dan para sahabatnya lakukan saat
meilihat momen yang mengharukan ini. Maka rebutlah momen ini. Kita kan
bisa, pasti. Amin