Setelah lebih setahun, kubuka catatan harianku, kutemukan penggalan kalimat ini:
Apakah agama adalah jalan kebenaran atau ia adalah kebenaran itu sendiri?
Jika beragama adalah kebenaran, mari kita beragama. Tapi jika agama adalah jalan kebenaran, mari kita berlari menuju Tuhan.
Bagiku beragama berarti upaya menjadikan bumi selayaknya surga. Maka mereka para penyeru agama beserta pemeluknya bisa disebut pemindai surga: melukis surga berbahan dasar bumi. Agama tidak lagi dipahami sebagai pertapa sunyi yang tinggal di gua-gua untuk membesarkan ego. Atau sekadar khusyuk membentang sajadah di Masjid sementara di pelataran masjid kerumunan anak jalanan berelahi dengan tukang parkir demi Rp500,-
Maka ibadah adalah perjalan ruhani menuju Tuhan tapi Tuhan malah menceburkan kita ke realitas sosial. Sempurnanya ibadah bukan karena nikmatnya zikir tapi sakitnya menikmati hidangan makanan.
Ketika saatnya, Tuhan tidak lagi menjelma dalam persepsi yang terikat jarak dan waktu sebab pada keagunga-Nya, Tuhan melampaui ketinggian Arsy, pada keakraban-Nya, Tuhan melampaui kedekatan nadi.
Ketika saatnya, Tuhan tidak perlu lagi dicari. Cukup keluar dari rumah lihat sekeliling!
***
ADS HERE !!!