Dimana ada aku, di situ ada orang lain. Itulah ego, selalu menghindari penyatuan. Sudut pandangnya adalah aku dan kau. Das ich adalah istilah yang digunakan oleh Sigmund Freud yang berarti Aku. Jadi ego adalah aku; ego menjelaskan siapa kita.
Ego berkembang melewati beberapa fase demi fase. Fase pertama adalah ego tirani atau an_Nafsu al-Ammarah. Pada fase ini kesalahan diri tidak lagi mampu terdeteksi. Seperti seorang penjual terasi dipasar yang tidak lagi bisa mencium bau terasi yang menyengat. Atau seperti seorang yang tidak menyadari bau mulutnya sendiri. Untuk keluar dari situasi ini, seorang harus berani membuka diri dengan berbagai macam saran kendati terus berada dalam kubangan yang menjijikkan.
Menyadari bahwa hati punya luka yang serius dan harus segera ditangani. Jika tidak, ia akan menjadi bebal. Hal ini digambarkan oleh Tuhan sebagai orang yang Tuli dan bisu. Ketika diberi nasihat atau tidak diberi nasihat sama saja bagi mereka.
Fase kedua disebut dengan ego yang menyesal. Dalam bahasa al-Qurannya disebut sebagai anNafs al-Lawwamah. TIngkatan ini adalah adalah tingkatan awas. Kesadaran sudah mulai terbuka. Kebaikan dan keburukan mulai tampak jelas perbedaannya. Hanya saja pada fase ini seorang masih terjerembab ke kemaksiatan baik disadari ataupun tak disadarinya.
Ketika menyadari dirinya terjatuh ke kemaksiatan disaat itulah egonya menyesal, maka disebutlah ego yang menyesal. Meski pada fase ini kebaikan dan keburukan sudah jelas, namun kekuatan ego masih kuat mencengkram. Dengan riyadhah yang sungguh-sungguh maka sedikit demi sedikit kekuatan negative ego yang mencengkram akan semakin hilang. Pada fase ini seseorang telah mencapai tingkatan dimana sudah dapat menundukkan egonya. Hanya para nabi dan orang-orang shaleh yang dirahmati Allah yang bisa mencapai derajat ini.
Suatu malam, baginda Rasulullah saw. Keluar menuju padang pasir untuk menunaikan shalat malam. Aisyah sang istri beliau yang masih belia membuntutinya karena dibakar rasa cemburu. Khawatir jika Rasulullah keluar malam untuk menemui istri beliau yang lainnya. Saat beliau memergokinya, beliau bertanya,”wahai Aisyah, apakah kau bawa setan kecil bersamamu?” Aisyah yang tersentak keheranan balik bertanya,”setan kecil apa?”
“ Setiap manusia punya setan kecil, satu bagian yang jahat dan satu bagian yang rendah.”
“Apakah dirimu juga memiliki setan kecil semacam itu wahai Rasulullah?” “ Iya, bahkan dirikupun demikian. Namun, aku telah membuatnya menjadi seorang muslim.”
Dari kisah ini, ternyata rasulullah memiliki setan kecil, namun telah berahasil ditundukkan. Atau Allah menundukkan setan kecil itu bagi hamba yang diberkatinya. Setan kecil itu adalah ego, nafsu yang selalu mengajak kepada kemungkaran.
ADS HERE !!!