Saya pemikir. Begitu saya mempersepsikan diri saya sendiri. Mungkin saya bukan penggerak sebagaimana para aktivis Islam. Saya ingin seperti mereka, tapi inilah saya. Saya tidak bisa menjadi mereka.
Ketika yang lainnya sibuk bersosialisasi, saya malah sibuk menyendiri. Memikirkan hal yang entah berantah. Saya begitu senang membiarkan pikiran ini terbang liar mengawan-ngawan. Bukan tanpa kendali, tapi hanya ingin menyaksikan sampai dimana jangkauan permasalahan yang bisa kutelusur. Setelah itu kurangkai jejaknya menjadi sebuah ide, walau hanya ide beku tapi itu sangat mengasyikkan.
Dulu Nabi selalu melakukan hal ini. Menghabiskan sepersekian dari harinya untuk merenung. al-Quran mengistilahkan sebagai "Dhall". Quraish Shihab memaknai kata "Dhall" ini sebagai keresahan. Resah menyaksikan gelagat masyarakat di luar kendali yang semestinya.
Umar bin Khattab di zaman jahiliyyah pun selalu melakukan hal yang sama. Beliau melakukannya sekali dalam sepekan. Ini berlanjut hingga beliau memeluk Islam. Setiap jum'at beliau merenung begitu dalam. Memelototi setiap detail perbuatannya lalu menangis atas kesalahannya. Hingga akhir hidupnya orang-orang menyaksikan betapa di badan Umar terdapat bekas cambukan saat beliau menghisab dirinya sendiri. Hasibuu anfusakum qabla an tuhasabuu..
Lalu siapa saya di antara dua manusia agung itu? Maqamnya tidak setinggi mereka, tidak juga setengahnya, seperempatnya...jauh. Tak masalah, saya tetap menyukai renungan...
ADS HERE !!!