Dihadapan fajar, langit memurni begitu dalam
Berbicara tanpa kata, terbang mengayun rengkuhan
Jurang- jurang cahaya berkelebat menuju ketinggian
Suara adzan yg bergema menyembunyikan subuh yg takzim
Ada yg rindu memaku, namun memelihara rasa bercampur benci
Inilah berkatku, seperti bayang- bayang yg berlari
Pun burung- burung yg sekadar lewat turut mengabari
Tapi akan kau dengar lirih doa hamba yg memaki- maki
Sungguh, tanpa sebuah berkat ini, kutukan akan terjadi
Sedikit nalar, kebebasan langit kuletakkan sebuah lonceng
Menandai kebijaksanaan yg bergeser dari bintang ke bintang
Terasa amat suci dadu dadu ilahi ini kuperankan
Hari hari semenjadi agung bak memainkan tarian mistis
Di atas segalanya, terbentang angkasa yg liar, bebaslah engkau berkehendak
Sesukamu engkau boleh memaki
Kekejian
Fajar berlalu, kini pagi menjadi musim persemaian
Sahutan dan pekikan takbir menandai pesta di tanah lapang
Sementara aku berlari menggaris kota yg dulu terabaikan
Kota yg berisi muntahan daging orang yg kekenyangan
Karena bangkai saudara sendiri dilahap
Allahu akbar, walillahil hamd
ADS HERE !!!