Kumohon
temani kami bersedih. Telah terjadi pemotongan generasi:
Mushollah-mushollah menjadi sepi, kampung sedang lengang dari ibadah,
seperti tak berpenghuni karena para pemudanya sedang mati suri dan
digantikan dengan generasi tua yang berjejer rapuh mengisi saff-saff
masjid. Nampaknya mereka telah tergilas zaman. Lalu masjid seakan habis
dimakan rayap.
Namun kiranya kita masih bisa tersenyum
melihat generasi cahaya yang mengaji alif ba di dalam masjid setelah
dikejutkan dengan habisnya generasi muda yang mencintai masjid. Namun
setelah habis masa mengeja Al-Qur’an itu, mereka hilang lagi dan
bermunculan di sudut-sudut jembatan, pinggir-pinggir jalan, di
konser-konser musik, dan….dengan kostum yang menirukan idolanya(karena
mereka memang tak tahu siapakah yang sepatutunya dijadikan idola.
Generasi kini telah kehilangan figur yang bisa dipanuti) Menyedihkan!
Ah,
bagaimana bisa generasi yang menyandang gelar khairah ummah ini dapat
bertekuk lutut di bawah kuasa zaman? Berat bagiku untuk berteriak dari
atas bukit kemenangan, kepada generasi yang bisanya hanya tertidur lelap
di hipnotis oleh nyanyian kezaliman.
Padahal kekuatan itu milik Allah, Rasuln-Nya dan orang-orang beriman.
Kami merindukan generasi seperti Ibrahim yang dicercah kaumnya:
Siapakah kiranya yang berani menentang sesembahan kami. Lalu kaumnya berkata:
Mereka adalah seorang pemuda, namanya Ibrahim…Juga seperti sosok yang seperti di sebutkan oleh Abu Thalib:
Dia memang layak mempersunting khadijah sebab dia memang adalah putra terbaik dari kaumnya. Ya dia adalah Muhammad yang fenomenal itu.