Abdurrahman
bin Auf sempat ragu. Apakah orang yang berada di sampingnya itu bisa
ikut berperang. Ini, bukan main petak umpet. Seharusnya bocah yang
berdiri di sampingnya itu hanya tinggal di rumah saja dan bermain dengan
teman sebayanya. Apalagi musuh yang dihadapi kali ini adalah mush yang
bersenjata lengkap dan berjumlah besar. TIga kali lebih besar dari
kekuatan pasukan muslim. Lalu bocah itu berseru kepada abdurrahman bin
Auf seakan mendengar bisikan hatinya dan kemudian menjawabnya.
"
Paman kenal dengan Abu Jahal? Aku mendengar dia selalu menghina baginda
Nabi. Tunjukkan kepadaku, yang manakah Abu Jahal itu?" Suara itu bukan
main-main, Suara itu penuh percaya diri. Abdurrahman bin Auf bahkan
tercenganng dengan perkataan bocah itu. Belum habis rasa kagumnya, bocah
yang satu lagi menyahut.
"Demi Allah yang menggenggam waktu, jika
saya melihat Abu jahal, maka saya tidak akan melepaskannya sampai saya
membunuhnya." Mengagumkan, sangat mengagumkan.
Keduah bocah itu adalah Maadz bin Amru dan Maadz bin Afra.
Dan
perangpun bergejolak. Kedua anak itu memang tidak berkuda. Dia berlari
kencang mendekati seseorang yang ditunjuk oleh Abdurrahman bin Auf. Dia
mendekati Abu Jahal yang berkuda dan bersenjata lengkap i tu. Dengan
taktik sederhana, seseorang menyerang kaki kuda dan seorang l agi
menyerang Abu Jahal. Abu Jahal tak berdaya. Kudanya tak bisa bangkit.
Diapun akhirnya tersungkur tak berdaya. Dia memang belum mati, sebab
putranya, Ikrimah datang membantunya. Untungnya Abdullah bin Mas'ud
datang dan mengeksekusi leher Abu Jahal. Abdullah bin Mas'ud adalah
bocah penggembala yang dahulunya sering dihardik dan dipukuli oleh Abu
Jahal. Dan sekarang Tuhan memberi kesempatan kepadanya agar Abu Jahal
rela menyerahkan nyawanya di mata pedang bocah itu.