Saya mengajak angkatan 98 untuk merenungi kembali apa yg pernah kita perjuangkan, kata Fahri Hamzah.
Atas nama memberantas komunis setiap yg membaca Das Kapital diteror. Semua membebek mengaminkan.
Atas nama keamanan siapapun yg dianggap mengganggu stabilitas
keamanan negara akan ditangkap, dilenyapkan, dibasmi. Semua masih
bungkam.
Setiap apapun yg dilakukan negara tak bisa disalahkan, dikritik
apalagi dilawan. Negara adalah aku, aku adalah kebenaran. Lalu
terbentuklah tirani yg menyesakkan hingga pahlawan angkatan 98
menyerahkan darah demi satu kata: Kebebasan!
Setelah era itu berlalu, pahlawan 98 sadar atau tidak tertidur dalam
buai perjuangannya sendiri. Padahal tirani sebetulnya tak pernah mati.
Densus, Kpk, partai politik adalah tirani yg mencoba bernyanyi lagi
lewat orkestra senyap. Negara berdiri di tengah sebagai dirjen.
Teroris, koruptor dan para militansi islam dicukur habis. Semua
membebek, seperti 8 istri eyang subur yg memakai anting dan kalung yg
sama. Tak berakal...