(12 September 2011 pukul 8:19)
Penaku
adalah penulis takdir bagi tulisanku yang mendapat titah dariku.
Sebagaimana pena di Lauh Mahfudz yang mendapat Titah dari Allah untuk
menuliskan takdir semesta hingga akhir zaman. Maka pada mulanya aku
bukan apa-apa dan mungkin tidak akan menjadi siapa-siapa sampai aku
menulis. Saat aku menulis maka aku telah menjadi tuhan, tuhan bagi
ide-ideku.
Aku bilang mudah saja,
ambillah pena lalu tuliskan! Jangan hiraukan, biarkan saja tanganmu
menari dengan bebas. Bagi teman-teman yang bermimpi untuk menulis,
beginilah caranya. Tuliskan saja apa yang dipikirkan, bebaskan diri.
Jangan terpaku pada aliran sesat yang mengajarkan tentang tata cara
menulis: Tentukan judul, buat kerangka karangan, tuliskan
mine idea dulu lalu
supporting detail-nya, paragraf pertama adalah
mine idea, paragraf kedua adalah
Supporting detail
dan paragraf terakhir adalah kesimpulan..wek. Bagiku ini adalah
penyesatan dalam dunia tulis menulis, ide-ide kita menjadi terpenjara
dalam jeruji angan-angan saja tanpa bisa tertuang menjadi sebuah
tulisan. Bebaskan diri, biarkan saja pikiran menuntun jari-jarimu untuk
melukis huruf demi huruf.
Lalu? Rajinlah menabung
ide. Siapkan buku tabungan ide, itu lebih baik. Ide adalah barang
berharga bagi yang hendak menulis. Dapat ide, tulislah saat itu juga
tanpa menunggu hari esok. Jika menunggu hari esok, ide akan menguap.
Jika saat itu kamu bisa buat idemu menjadi satu tulisan, tulislah
menjadi satu tulisan yang utuh. Jangan pikirkan dulu baik atau jeleknya
ide yang akan menjadi tulisan itu apalagi berniat untuk mengeditnya.
Biarkan saja, sebab tidak ada ide yang tidak berharga. Namun jika pada
saat itu ide belum bisa dijadikan sebuah tulisan, biarkan saja, tulislah
semampumu. Jika pada saat itu kamu hanya bisa menuliskan judulnya, ya
itu saja. Tutup buku tabunganmu dan temukan ide berikutnya. Satu minggu
kemudian lihatlah kumpulan ide-idemu itu, sempurnakanlah sesuatu yang
bisa disempurnakan, tambahkan sesuatu yang mesti ditambahkan dari
kumpulan ide-idemu. Setelah itu tutup lagi dan temukan ide berikutnya.
Lihatlah beberapa hari kemudian. Setelah itu anda bisa terheran-heran
melihat kemampuan anda dalam menulis.
Mengelola
tulisan? Aku bilang bebaskan dirimu. Apa saja yang anda pikirkan,
tuliskan saja! Tuhan akan membimbingmu untuk menulis. Sebab ide adalah
ilham Tuhan dan menulis adalah cara Tuhan buat mengajar manusia.
“Bacalah, Sebab Tuhanmu Maha Pemurah. Yang mengajarkan manusia lewat perantaraan Qalam(menulis) (Al-Alaq). Maka
tuliskan saja yang dipikirkan akalmu, Tuhan akan membimbing tulisanmu.
Entah tulisanmu itu telah menjadi kalimat yang utuh atau belum, tuliskan
saja. Entah itu telah menjadi paragraf yang sempurna atau belum,
tuliskan saja. Entah itu telah menjadi tulisan yang saling terkait antar
setiap paragrafnya atau belum, tuliskan saja. Setelah itu endapkanlah!
Ini godaan penulis: Terlalu terburu-buru dalam mempubliskan tulisan.
Padahal semakin lama waktu pengendapan dari sebuah tulisan semakin
bagus, sebab tulisan yang telah berjarak dengan kita akan memberikan
keleluasaan bagi pikiran untuk menambahkan ide-ide yang lebih segar.
Bukankah semakin lama tabungan, bungnyapun semakin besar?
Sampai
suatu hari dimana ide-ide itu menjadi sesuatu yang sangat berharga dan
harus dibeli. Betapa merepotkannya. Selama ide-ide itu masih menjadi
serpihan yang bebas dan gratis, pungutlah lalu kumpulkan! Ide pasti akan
tersenyum lalu berkata kepada tuhannya:
Kami dahulunya adalah
serakan sampah yang bercerai berai, lalu atas nikmat tuhan kami
disatukan pada sebuah kerajaan yang bernama tulisan.(Inspired by QS Ali
Imran: 103). Jadi? Tulisakan saja, kukira andapun akan sepakat:
Jika Tuhanlah yang mengajarkanmu, tidak mungkin anda akan dibimbing oleh-Nya untuk menghasilkan tulisan yang jelek. Ok.
ADS HERE !!!