(24 Agustus 2012 pukul 23:26)
Keluarlah dari penjara fikiran! Fikiran kita biasanya bergantung pada tiga hal:
- Di lingkungan mana kita tinggal.
- Kepada siapa kita belajar.
- Kitab/buku apa yang dibaca.
Ketiga
hal di atas adalah informasi yang akan masuk ke alam bawah sadar kita.
Jika sejak kecil/ dulu kita sudah terbiasa menerima informasi melalui
tiga hal di atas. Maka informasi itu akan menjadi referensi yang
disimpan di bawah sadar kita untuk menentukan benar atau salahnya sebuah
informasi baru dikemudian hari. Misalnya informasi yang kita dapatkan
sejak kecil adalah bahwa babi itu menjijikkan, maka itu akan menjadi
referensi. Saat anda melihat babi atau seseorang memelihara babi apalagi
menggendongnya, maka andapun merasa jijik. Meskipun anda belum memiliki
ilmu yang jelas tentang babi. Sebaliknya, orang yang sedari kecil
mendapatkan informasi bahwa babi itu tidak menjijikkan bahkan sama
dengan hewan peliharaan lainnya, maka dia tidak akan merasa risih dengan
babi bahkan sampai memakannyapun tidak jadi masalah. Dan diapun akan
merasa aneh dengan orang yang berpendapat bahwa babi itu menjijikkan.
Jika
kita tarik ke hal yang lebih luas, maka kita mendapati bahwa fenomena
inipun berlaku dalam kehidupan beragama kita. Kita akan merasa asing
satu dengan lainnya karena adanya perbedaan referensi yang kita dapatkan
melalui tiga hal di atas. Tiba-tiba saja kita merasa jijik menyaksikan
mereka yang berbeda referensi dengan kita lalu menghakiminya kafir lalu
kita membayangkan bagaimana neraka melahap daging dan
tulang-belulangnya. Lalu timbullah sikap sombong itu, bahwa kitalah yang
paling benar. Kitalah yang paling berhak dengan surga. Dan tidaklah
mendapatkan apa-apa bagi orang yang sombong itu kecuali kebenaran akan
semakin menjauh darinya dan neraka akan semakin dekat dengannya.
Na’udzubillah.
Hal lainnya lagi adalah tentang budaya.
Kita sudah terlanjur menerima informasi tentang keunggulan Barat dari
Timur. Dari dulu guru ataupun dosen kita banyak bercerita tentang
bagaiaman kehebatan dan keunggulan orang-orang Barat dalam berbagai hal.
Maka jadilah kita pengagum Barat. Segala sesuatu yang dating darinya
kita anggap sebagai sebuah kebenaran. Dan jadilah kita asing dengan
budaya sendiri. Jika kita sandingkan antara orang yang bersurban lagi
berjenggot dengan orang yang berpakaian hip-hop lagi necis atau berjas
lagi berdasi maka fikiran yang sering muncul adalah yang bersurban dan
berjenggot itu keturunan onta sedangkan yang berjas dan berdasi itu
orang yang maju.
Wahai, alangkah dekilnya kita berfikir.
Membenarkan pendapat sendiri dengan ilmu tapi terkadang kita menghakimi
tanpa ilmu. Menyedihkan.
Bisakah kita hidup di dunia ini
tidak hanya mengandalkan salah satu bagian dari fikiran kita. Tuhan
telah menganugrahi kita dua fikiran: Fikiran sadar dan bawah sadar. Dan
kita harus memanfaatkan kedua-duanya tanpa membedakannya. Kebiasaan kita
adalah hanya menggunakan salah satu dari potensi itu. Ada orang yang
terlalu menggunakan fikiran bawah sadarnya sehingga ia lupa untuk
berfikir logis. Ada juga yang terlalu logis sehingga lupa menggunakan
kepercayaannya. Ketahuilah bahwa hakim menghakimi seperti yang saya
sebutkan di atas lebih banyak bersumber dari fikiran bawah sadar kita.
Dan itu belum cukup menandakan bahwa diri kita seorang pencari kebenaran
yang sejati. Seorang pencari kebenaran sejati itu tidak pernah berhenti
mencari. Ia terus berjalan. Bahkan ia seolah tidak peduli apakah dia
benar atau salah di saat sekarang ini. Yang ia tahu adalah bagaimana ia
memanfaatkan segenap potensi yang dia miliki untuk terus mencari
kebenaran. Seorang pencari kebenaran seolah tidak peduli dengan berbagai
macam pendapat yang ia dapatkan, ia hanya peduli dengan kejujurannya
dalam mengolah informasi itu di fikirannya. Pencarian kebenaran
seharusnya tidak berhenti pada satu titik lalu ia puas dengannya. Ia
terus berjalan dan berjalan hingga Tuhan memanggilnya ke haribaannya.
Dan ia dapat dua pahala ketiak pencariannya itu benar-benar menemukan
kebenaran dan mendapat satu pahala jika pencariannya itu meleset dari
apa yang ia cari.
Terakhir. Semoga ayat berikut ini bisa
menjadi bahan tadabbur bagi kita semua. Ketika saya membaca ayat ini
seolah saya baru membacanya. Ada makna yang begitu menentramkan ketika
saya mengulang-ngulang membacanya sekaligus menampar saya
berulang-ulang.
Dan bila dikatakan kepada mereka: "Ikutilah apa yang telah diturunkan Allah," mereka menjawab: "(Tidak), tetapi kami hanya
mengikuti apa yang telah kami terima dari (tradisi)
nenek moyang kami". "(Apakah mereka akan mengikuti juga), walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui sesuatu pun, dan
tidak(belum tentu) mendapat petunjuk?"( QS. Al Baqarah : 170).
Dan tidak ada seorang pun akan
beriman kecuali dengan izin Allah; dan Allah
marah besar(murka) kepada orang-orang yang
tidak mempergunakan
akalnya (QS. Yunus : 100)
ADS HERE !!!