Kerinduan manusia dengan surga tergambar jelas dari seluruh laku nyatanya di bumi pertiwi ini. Ada gerak yang menuntun ke jalan keabadian, sebagaimana Adam as menjawab panggilan iblis untuk mendekati pohon keabadian(khuldi). Lalu di bumi ini manusia membangun rumah sakit sebagai manifestasi keinginan untuk mengecap saripati kehidupan lebih lama lagi dengan segala gelora yang menyertainya tanpa canggung berteriak: Aku ingin hidup seribu tahun lagi..
Pertarungan sengit memperoleh kesenangan dan ketenangan hidup sebagaimana segala kenikmatan pernah di hidangkan di Surga. Lihatlah upaya manusia membangun kembali pesona surga di bumi. Ada bangunan-bangunan megah yang memiliki tekhnik arsitektur yang high, taman-taman yang indah yang didesain sedemikan rupa agar enak dipandang mata, pantai-pantai yang membentang yang memiliki rancangan istimewa. Sudut-sudut kota yang kumuh di sulap menjadi istana menjulang tinggi, tempat kaum elit angkat kaki tanda kemenangan. Walau di sudut-sudut yang lebih sempit lagi ada sekolompok manusia yang berdiri kaku terjebak dalam lingkaran neraka seraya memaki-maki.
Di sinilah tempatnya manusia merasakan kesendirian sebagai kesepian yang mencekam. Selayaknya Adam mengingkari kesempurnaan nikmat surga tanpa seorang Hawa. Kisah itu berlanjut di bumi sebagai sebuah catatan apik kisah haru di Jabal Rahma, Bukit Cinta. Belum berakhir, kisah itu berlanjut terus menimbulkan riak tak berkesudahan sampai sepanjang hayat, pada anak cucunya.
Lalu beragama adalah jalan damai yang didesain oleh Tuhan untuk menemukan surga. Meski begitu, sangat jarang memahaminya. Agama yang berkesadaran, bukan terjebak pada ritual rutin dengan formalitas belaka. Yaitu mereka yang memahami ibadah sebagai jalan kerinduan menuju ke haribaan Tuhan. Semakin sempurna ibadah, semakin kuat ruhiyah untuk membangun surga di bumi. Semakin besar energi itu memancar untuk bekerja selayaknya militer, arsitek, politikus, seniman dll.
Berterimakasihlah kepada para pemeluk agama, merekalah pemengang kanvas yang siap melukis surga di bumi. Cacilah para pembajak agama, mereka yang mengingkari kedamaian sebagai jalan kehidupan.