22 Januari 2011 pukul 8:49
Seperti
ada kekosongan di dada saat muncul pertanyaan ini: Hidup ini sebenarnya
untuk apa? Tidak, lupakan sejenak dogma agama yang menyatakan bahwa
hidup ini adalah pengabdian kepada sang pencipta. Terlalu sederhana
rasanya jika kita serta merta menjawab begit tanpa perenungan terlebih
dahulu. Merenunglah!
Hidup ini untuk apa? Sama seperti pertanyaan ini: Ini handphone untuk apa? Saat sebelumnya kita tak pernah mengenal Handphone lalu menemukannya. Handphone
ini nampaknya sangat cocok untuk melempar, toh bentuknya sangat pas.
Bisa juga digunakan sebagai bahan bakar, toh ini kan mudah terbakar,
atau kebisaan yang lainnya. Oh..hidup.
Tapi coba buka buku petunjuk tentang Handphone. Handphone adalah alat yang mempermudah komunikasi jarak jauh. Maka yang berhak menjawab tentang pertanyaan itu adalah pemilik perusahaan handphone.
Sang penciptanya. Seperti pertanyaan tentang hidup ini, maka yang
berhak menjawabnya adalah sang Arsitek yang menciptakan kita. Dari sini,
manusia bijak yang menyikapi hidup ini, tugas awalnya adalah menemukan
siapa yang menciptakannya. Dengan itu kepada-Nyalah mereka bertanya:
Dalam hidup ini, sebenarnya yang harus kulakukan? Maka lihatlah risalah
yang diturunkan-Nya.
Nah, mereka yang telah mengenal
penciptanya pasti akan mengatakan bahwa hidup ini adalah perjuangan.
Bahwa hidup ini disusun layaknya piramida di mana di puncaknya adalah
ibadah (Ibadah Khassah)sebagai penyerap energi Tuhan. Sementara alasnya
adalah perjuangan: Perjuangan memperkenalkan kebenaran(dakwah), dan
perjuangan mewujudkan kebenaran(khalifah). Sementara di semua sisinya
akan mengalir energi cinta, energi yang bersumber dari kekuatan ibadah
kepada Tuhan. Ialah energi Ilahi.
Ya, hidup ini adalah
perjuangan: Dakwah dan khalifah. Karena hidup adalah perjuangan, dan
perjuangan itu adalah kerja-kerja besar. Maka kita butuh cadangan
energi. Itulah cinta. Mereka yang tidak memiliki hal ini akan kelelahan
di tengah jalan lalu mundur. Jadi tonggak dari perjuangan ditentukan
oleh seberapa besar kekuatan ibadahmu, seberapa banyak energi Tuhan yang
kau serap, maka sebesar itupulalah kerja yang kau akan wujudkan. Energi
cinta yang kau dapatkan akan mengairi setiap sendi-sendi kehidupanmu.
Dia adalah mata air dahagamu, dia adalah makananmu. Dengan itu engkau
akan memandang hidup ini dengan penuh kasih sayang….
Banyak
muka pada hari itu yang tunduk terhina. Dahulunya mereka adalah pekerja
keras lagi kelelahan. Akan tetapi mereka tetap memasuki api yang sangat
panas dan diberi minum dari mata air yang sangat panas(Al-Gasyiyah:2-5).
Semoga perjuangan kita dalam hidup ini tidak mencapai kelelahan seperti kelelahan orang-orang yang merugi seperti di atas….
ADS HERE !!!